Sekali saja



Langit mana yang sedang kau pandangi?
Adakah kita dalam satu titik pandang yang sama?
Jika ya, dapatkah kau melihat berbagai harapan ku yang telah dipeluk hangat oleh semesta?
Harapan itu menggantung di langit.
Menguntai panjang dan terbentang diantara berbagai harapan lain yang masih terus disemogakan.
Berharap suatu saat, untaian panjang itu akan sampai pada sebuah titik terindah dari adanya sebuah pengharapan.

Semesta --- Sang pemeluk hangat berbagai harapan, yang bahkan belum sempat ku utarakan.
Penghangat segala harapan yang telah merasakan dinginnya angin tanpa jeda.
Pemberhentian sementara segala harapan tanpa jawab, atau harapan yang kandas dan hilang tanpa tanda.

Menghidupkan kembali sisi lain dari sebuah harapan adalah hal terindah.
Namun, mematikannya dengan alasan tidak adanya titik akhir yang dapat mewujudkan harapan tersebut juga bukanlah sebuah kesalahan ataupun kejahatan.

Ketika aku tau bahwa hidup bukan hanya tentang diriku, atau keinginan ku --- ada Tuhan di dalamnya.
Maka yang bisa aku lakukan hanya mengerti, dan
Berusaha jujur dengan segala hal yang ada dalam hidupku,
Berharap waktu akan berpihak padaku, dan semesta akan mendukungku, dan juga
Aku bisa membuat Tuhan mengerti tentang segala harapan yang aku bisikan padanya, dan salah satunya adalah
Titik pertemuan itu, yang ku harap masih tersisa,
Walau sekali saja.


Afifatul Puspita, Bekasi 2018.

Posting Komentar

0 Komentar