[DILEMA] - ELEGI HARI KARTINI

 


Elegi Hari Kartini

Oleh: Atika Prabandari (Pendidikan Sosiologi B - 2021)


Mimpi-mimpi rongsoknya tumbang menopang bandara.

Dititah menjadi Nahkoda atas kapal yang melaju jauh dari pancang-pancang mercusuar.

Namun jatuh tergilas para tuan yang tetiba turut bertaruh dalam arena-arena akbar.

Diikat dalam aturan tak beralasan yang bersembunyi atas nama waris ketimuran.

Harus begini, harus begitu merusak rasinya dan menyisakan bulan yang kesepian.

Mungkin, puan di seluruh dunia adalah bentuk niscaya dari kekuatan.

Sebab sebetul-betulnya patriarki dan misogini akan terus berkelindan—

Dalam sesak Transjakarta, hingga sudut gelap di Kampung Bandan.



Pada akhirnya,

Kerangkeng nirlogi ini serupa Antasari dan Senopati yang —ramainya— hampir abadi.

Hanya sesendok teh pengharapan hal baik yang menguatkan.

Semoga tak lagi diburu macam Kayu Gaharu.

Semoga semua yang kian gaung segera menemui ujung.

Semoga seluruh cibir melesat bertemu akhir.

Semoga yang berbatas culas menyeruak dan bergegas hempas.



Setidaknya,

Agar tak diputarbalik dan disalahkan macam narapidana.

Agar tak lagi diplintir dan digilir sebagai pembuktian.

Agar merayakan perempuan bukan semata agenda tahunan.


Posting Komentar

0 Komentar