[DILEMA] - GLOBALISASI SEMAKIN MELUNTURKAN BAHASA INDONESIA
Judul: Globalisasi Semakin Melunturkan Bahasa Indonesia
Oleh: Dimas Galih
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, eksistensi dari budaya dan bahasa
Indonesia semakin menipis. Hal ini diikuti dengan era globalisasi yang menggila, sehingga
masyarakat bisa mengakses budaya, bahkan bahasa luar negeri dengan mudah. Ditambah
dengan semakin meratanya internet, yang mendukung akses masyarakat. Bisa dibilang
globalisasi sangat berdampak positif bagi masyarakat karena kita bisa memiliki wawasan
yang lebih luas dan tidak hanya seputar Indonesia saja, tapi juga seputar dunia luar. Tanpa
globalisasi, masyarakat mungkin tidak akan tahu apa yang sedang terjadi di dunia sepak
bola luar negeri, siapa pemenang Ballon D’or 2024, atau siapakah Erling Haaland. Mungkin
tanpa adanya globalisasi, kita tidak akan tahu musik luar negeri apa yang sedang trend saat
ini, atau mungkin siapa saja member BTS karena wajahnya mirip semua. Namun, sisi buruk
dari adanya globalisasi adalah semakin tersingkirnya budaya dalam negeri, salah satunya
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Salah satu contoh runtuhnya eksistensi Bahasa Indonesia adalah mulai sering menyerap
kata asing dalam bahasa sehari hari. Seperti kata ‘mouse’, dalam KBBI ‘mouse’ adalah alat
yang mengatur kursor di komputer dan memiliki kata dalam bahasa Indonesia, yaitu ‘tetikus’.
Atau seperti kata ‘online’ yang lebih sering digunakan ketimbang kata ‘daring’. Inilah cikal
bakal dari runtuhnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, ketika Bahasa Indonesia tidak
dijadikan prioritas bagi masyarakat. Bahkan orang tua masa kini, lebih sering mengajarkan
anaknya bagaimana menggunakan Bahasa Inggris. Memang Bahasa Inggris akan sangat
berguna untuk masa depan anak nantinya, tapi tidak dengan melupakan Bahasa Indonesia.
Melihat warga Indonesia yang mudah terpengaruh, rasanya solusi utama dalam mempelajari
Bahasa Indonesia adalah melalui orang-orang berpengaruh, seperti public figure, influencer,
dan lain sebagainya. Akan tetapi, mereka terkadang tidak memberi contoh yang baik.
Mereka tidak mempopulerkan Bahasa Indonesia, mereka justru lebih sering mempopulerkan
bahasa asing, bahkan mencampur adukkan ke dalam Bahasa Indonesia. Inilah yang
semakin memperkeruh keadaan. Khalayak akan terpengaruh dan terbiasa mengikuti gaya
bicara mereka, sehingga perlahan mereka akan meninggalkan Bahasa Indonesia. Tidak
jarang dari beberapa masyarakat ada yang merasa kalau Bahasa Indonesia banyak
kekurangan, seperti minimnya kosakata, sulitnya memadu padankan kata dalam Bahasa
Indonesia.
Globalisasi bukanlah hambatan, hanya saja perlu filtrasi dari masyarakat untuk bisa memilah
mana budaya yang bisa diserap, dan mana budaya yang harus dipertahankan. Globalisasi
memanjakan masyarakat, akan tetapi globalisasi akan melunturkan budaya bangsa. Tanpa
adanya filtrasi dari masyarakat, hanya dalam hitungan tahun saja, makna dari Sumpah
Pemuda akan hilang dan sia-sia sudah perjuangan pahlawan.
Posting Komentar
0 Komentar