[DILEMA] - TRENDING TOPIC

 


Judul: Trending Topic
Penulis: Raihanun Ummu Salamah

Hari itu, nama Alma Wijaya menjadi trending topic nomor satu di Indonesia. Bukan karena prestasinya sebagai siswi berprestasi tiga tahun berturut-turut, tapi karena satu video berdurasi 23 detik. Video itu menampilkan Alma yang sedang marah-marah di kantin sekolah. Ia tidak tahu kalau temannya, Nara, merekam diam-diam dan mengunggahnya ke TikTok dengan caption: "Anak ranking 1 ternyata bisa ngamuk juga 😅" Video itu viral. Dalam hitungan jam, jutaan orang menontonnya, berkomentar, dan membuat meme. 


Alma dijuluki “Si Cerewet Pencari Simpati”. Komentar demi komentar masuk:


"Pantes gak punya temen, judes banget!"


"Pinter doang tapi attitude nol."


"Wkwkwk drama queen detected."


Alma membaca semuanya.


Awalnya dia ingin membalas Membela diri, Tapi semakin banyak komentar yang masuk dia merasa semakin kecil. Bahkan teman-teman yang biasanya mendukungnya kini ikut diam, atau... justru ikut menyebarkan video itu. Di sisi lain, Nara tidak menyangka video isengnya akan viral secepat itu.


“Cuma lucu-lucuan,” katanya pada temannya. Tapi setelah melihat Alma tidak masuk sekolah tiga hari, dia mulai gelisah. Terlebih ketika guru BK memanggilnya, dan berkata:


“Kamu tahu nggak, Alma sekarang dibawa ke psikolog?”


Nara diam. Tangannya gemetar saat membuka ponsel. Notifikasi terus berdatangan followers-nya naik drastis. Banyak akun menawarinya endorsement, bahkan salah satu selebgram mengomentari unggahannya.


Di titik itu, Nara terjebak dalam dilema:

Apakah ia harus menghapus video itu dan kehilangan “ketenarannya” yang baru saja dimulai?


Atau Haruskah ia meminta maaf secara terbuka, dan siap dibenci balik oleh warganet karena dianggap “mencari muka”?


Hari keempat, Alma kembali ke sekolah. Ia tidak menunduk, tidak menangis. Tapi matanya kosong. Nara ingin menghampiri, tapi kakinya berat. Tiba-tiba Alma berbicara, cukup keras:


“Terima kasih ya, sudah bikin aku dikenal. Tapi semoga kamu juga kuat kalau suatu hari nanti kamu yang ada di posisiku.” 


Seketika, suasana kelas hening. Nara menunduk. Kali ini, ponsel di tangannya terasa lebih berat dari sebelumnya. 


Cerpen ini menggambarkan dilema yang dialami oleh pelaku dan korban cyberbullying di media sosial. Media sosial memberi kekuatan pada satu klik: untuk mengangkat, atau meruntuhkan seseorang. Namun yang sering terlupakan adalah, di balik layar, ada manusia bukan sekadar konten.

Posting Komentar

0 Komentar