[DILEMA] - Negara di Persimpangan Apatis Ria
Judul: Negara di Persimpangan Apatis Ria
Penulis: Dimas Galih
“…..Mungkin Kau Terlalu Nyaman, Mungkin Takut Perubahan…” penggalan lirik Takut Perubahan dari lagu milik Lomba Sihir yang menggambarkan kondisi rakyat saat ini. Kondisi dimana Negara semakin memanas dan rakyat semakin ditindas. Mengapa tidak ada perlawanan secara kolektif, mungkin karena rakyat sudah terlalu nyaman dan menimbulkan apatis dalam dirinya. Dalam kajian Negara dan Hegemoni dalam karya Gramsci yang berjudul Prison Notebook, diucapkan bahwa keberadaan Negara tidak akan terasa oleh warga Negara jika tidak menyinggung kebutuhan warga Negara itu sendiri. Negara dengan sadar memberikan hegemoni yang kuat, dengan menyediakan lapangan pekerjaan (tidak sebanyak 19 juta), dengan memudahkan kredit, memudahkan akses pinjaman, terlibat dalam ‘bisnis’ judi online, peningkatan harga kebutuhan hidup, dan masih banyak lagi, yang berakibat warga Negara terjebak dalam kesadaran palsu. Mereka terlena dan merasa nyaman, alhasil mereka takut akan perubahan. Padahal mereka sadar bahwasannya mereka ditindas, mereka sadar bahwasannya mereka punya suara, tapi mereka juga sadar bahwasannya tidak ada yang lebih penting selain uang.
Perasaan nyaman yang semu ini menimbulkan Apatis Ria di tengah warga Negara. Kita tidak lagi berjuang untuk kemerdekaan kaum tertindas, kita kini berjuang untuk kemerdekaan diri sendiri. Warga Negara tidak lagi peduli akan sesama, bahkan keluarga. Mereka hanya peduli dengan diri mereka. Terbukti hanya beberapa orang yang menaruh rasa pedulinya terhadap kekayaan alam Indonesia yang dikeruk habis secara ilegal. Bagi mereka, terlalu banyak hal penting yang perlu mereka sikapi. Terutama warga Negara perkotaan. Akses pendidikan mudah, akses pekerjaan mudah, upah terbilang besar meski kebutuhan juga semakin besar. Selagi hal tersebut tidak mengganggu diri dan kebutuhan mereka, maka mereka hanya akan diam. Mereka akan terus merasa nyaman. Bukan, mereka bukan takut perubahan, hanya saja mereka tidak tahu apa itu perubahan. Mereka, kita, seluruh warga Negara, terlalu sering ditindas, sehingga tidak tahu lagi apa rasanya tertindas.
Rasionalitas inilah yang kemudian tertanam di masyarakat saat ini. Tutup telinga dengan kebijakan Negara, selagi tidak merugikan pekerjaannya, keluarganya, dirinya, dan semua tentang dia. Negara seolah berhasil menciptakan miniatur kelompok elit (kelompok kecil yang mengatur dan menguasai entah sumber daya, Negara, wilayah, atau kelompok yang lebih masih lagi) di kelompok tertindas, miniatur yang sama persis hanya saja berbeda dari segi penghasilan. Kelompok apatis yang tidak merasakan kehadiran Negara dalam dirinya. Bagi mereka, politik adalah Bahasa tabu, lebih tabu dari berhubungan intim dengan pasangan orang lain. Bagi mereka politik hanya untuk orang tertentu, padahal politik berdampak bagi seluruh orang. Inilah demokrasi.
Negara seolah menciptakan koloninya sendiri, menciptakan rakyat yang apatis, menciptakan rakyat yang tidak akan peduli akan hal lain selain uang. Negara menyiapkan waktu untuk kehancurannya yang sudah memasuki persimpangan Apatis Ria.
Denganmu
Bersatu
Melupa suram
Dan nasibku
Berlalu
Inikah nikmatnya?

Posting Komentar
0 Komentar