[DILEMA] - HARAPAN YANG TAK KUNJUNG PADAM

 

Judul : Harapan yang Tak Kunjung Padam

Penulis : Zaka Nuradani AlGhifari


Di sebuah pelosok desa yang sepi dan terpencil, berdiri sebuah bangunan sederhana yang disebut sekolah. Lantainya masih tanah, dindingnya dari papan tua, namun di sanalah anak-anak mulai mengenal cita-cita, meski pelajaran kadang terganggu oleh derasnya hujan.


Seorang anak bernama Raka berseragam lusuh dan penuh tambalan suatu hari bertanya polos kepada gurunya: “Pak, kenapa atap kelas kita bocor?” Matanya menyimpan keingintahuan sekaligus kesadaran, tentang janji-janji indah yang belum pernah benar-benar dirasakan.


Sementara itu di kota besar, anak-anak belajar di ruangan modern, sejuk oleh pendingin udara, dengan teknologi canggih dan guru-guru yang berpendidikan tinggi. Namun di desa Raka, Bu Wati harus mengajar beberapa kelas sekaligus dalam satu ruangan, dengan alat seadanya, meski semangatnya begitu besar.


Kita sering dengar bahwa pendidikan adalah hak setiap anak. Namun di balik bukit dan lembah, hak itu berubah jadi perjuangan berat: berangkat ke sekolah dengan sepeda tua, perut kosong, tubuh lelah, semua demi sebuah masa depan. 


Di televisi, para pejabat bicara tentang pentingnya pendidikan. Tapi suara anak-anak yang belajar di bawah pohon, karena sekolah mereka ambruk diterjang hujan, sering kali tak terdengar. 


Sebab sesungguhnya, pendidikan bukan sekadar angka di rapor atau ijazah,melainkan tentang harapan yang tumbuh di dada mereka yang memilih untuk tetap berjuang, walau dunia seolah tak peduli.


Dan pagi kembali datang. Raka masih pergi ke sekolah, meski bajunya basah, bukunya lembab, senyumnya tak pernah hilang. Karena ia yakin meski negerinya penuh luka, selalu ada harapan yang terus menyala.

Posting Komentar

0 Komentar